Tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa hari ini, Minggu (25/1/2015)
merupakan Hari Gizi Nasional. Gaungnya kurang membahana dibandingkan dengan
hari-hari besar yang selalu diperingati setiap tahun. Padahal, Indonesia masih
menghadapi tantangan masalah gizi.
Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa Indonesia termasuk
negara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan
tingginya prevalensi
stunting, prevalensi
wasting, dan
masalah gizi lebih.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, menunjukkan prevalensi gizi
kurang pada balita fluktuatif dari 18,4% pada 2007, menurun menjadi 17,9% pada
2010. Namun meningkat lagi menjadi 19,6% pada 2013.
Obesitas sentral merupakan kondisi sebagai faktor risiko yang berkaitan erat
dengan beberapa penyakit kronis. Obesitas sentral adalah bila laki-laki
memiliki lingkar perut lebih dari 90 cm, atau perempuan dengan lingkar perut
lebih dari 80 cm. Secara nasional, prevalensi obesitas sentral pada 2013 adalah
26.6%, lebih tinggi dari prevalensi pada 2007 (18,8%).
Adapun masalah
stunting atau pendek pada balita ditunjukkan dengan
angka nasional 37,2%.
Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan,
kecacatan, dan kematian, tapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia
yang berkualitas dengan produktivitas optimal.
Kualitas anak ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa balita.
Kecukupan gizi ibu selama hamil hingga anak berusia di bawah 5 tahun, serta
pola pengasuhan yang tepat, akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak
generasi unggul.
Perlu dukungan seluruh lapisan masyarakat dan lintas sektor untuk
menanggulangi permasalahan gizi di negeri ini. Masalah gizi juga dipengaruhi
oleh berbagai hal, seperti ekonomi, sosial, budaya, pola pengasuhan, pendidikan
juga lingkungan, dan bukan hanya masalah kesehatan saja.
Pada Hari Gizi Nasional (HGN) 2015 ini, tema yang diusung oleh pemerintah
melalui Kementerian Kesehatan adalah
Bersama Membangun Gizi Menuju Bangsa
Sehat Berprestasi.
Untuk memeriahkan HGN 2015, PT Sarihusada Generasi Mahardhika (Sarihusada)
bersama dengan berbagai komunitas peduli gizi, menggelar Karnaval Ayo Melek
Gizi, di Silang Barat Daya Monas Jakarta, Minggu (25/1/2015). Tujuannya untuk
mendukung peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan gizi seimbang
dan pola makan sehat.
Karnaval yang dibuka Heppy Farida Djarot, istri Wakil Gubernur DKI Jakarta,
dan Presdir Sarihusada Olivier Pierredon itu, menampilkan berbagai kegiatan
yang diikuti lebih dari 400 peserta. Karnaval ini menempuh rute Monas-Bundaran
HI. Selain itu ada edukasi dan konsultasi gizi, ada juga demo masak makanan
sehat.
Presdir Sarihusada Olivier Pierredon menuturkan Karnaval Ayo Melek Gizi ini
merupakan bagian dari program kampanye
Ayo Melek Gizi, dalam
berpartisipasi meningkatkan status gizi masyarakat Indonesia, melalui edukasi
gizi seimbang, serta pentingnya gizi di awal kehidupan.
Arif Mujahidin, Head of Corporate Affairs Sarihusada, mengatakan melalui
Karnaval Ayo Melek Gizi, Sari Husada mengajak masyarakat turut mengampanyekan
pentingnya pengetahuan tentang gizi kepada masyarakat dalam bentuk yang unik
dan menghibur.
Karnaval ini menampilkan parade sepeda
onthel yang dihias dengan
bahan pangan sumber gizi, parade ondel-ondel berhias kostum gizi (buah dan
sayur), parade kostum buah dan sayur, serta dimeriahkan juga oleh parade musik
tradisional.
Selain itu juga ada cara mengolah makanan sehat dan bergizi melalui demo
masak makanan sehat, yang dibawakan oleh Chef Muto, host program televisi
KungFu Chef.
Prof. Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, menuturkan makanan bergizi tidak selalu
mahal. Terpenting adalah makanan yang mengandung zat gizi seimbang, meliputi
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
“Dulu hal itu disebut dengan makanan 4 sehat 5 sempurna, terdiri dari nasi,
lauk, buah, sayur (4 sehat) dan ditambah susu menjadi 5 sempurna. Kini konsep
itu diperbaiki menjadi makana bergizi seimbang,” kata Tjandra dalam surat
elektroniknya Minggu (25/1/2015).
Dia menyebutkan makanan sehat tidak dilihat dari berat asupan per jenis
bahan pangan (nasi, terigu, daging, ikan, dan lainnya), tapi lebih dilihat dari
aspek asupan zat gizi secara total makanan.
Sumber zat gizi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral bisa
diperoleh dari ikan, kedelai, kacang-kacangan lainnya. Vitamin dan mineral
diperoleh dari sayuran lokal seperti bayam, kangkung, tomat dan lainnya, serta
buah-buahan. “Jadi perlu dikembangkan ‘warung hidup’ untuk sumber makanan
bergizi,” ungkap Tjandra.